MAKALAH ILMU JIWA AGAMA
BAB II
PENGERTIAN,RUANG
LINGKUP DAN KEGUNAAN
ILMU JIWA AGAMA
A. Pengertian Ilmu Jiwa
Agama
1). Ilmu
Ilmu adalah
pengetahuan tetapi tidaklah tiap setiap pengetahuan itu dapat dinamakan ilmu.
Perbandingan antara ilmu dengan pengetahuan adalah seperti antara perbandingan
sungai dengan parit. Sungai luas parit sempit, sungai dalam, parit dangkal, isi
sungai banyak, isi parit sedikit. Ilmu itu luas dan mendalam sedangkan
pengetahuan itu sempit dan dangkal, ilmu bersistem dan bermetode tertentu
sedangkan pengetahuan tidak bersistem dan tidak bermetode. Kebenaran ilmu itu
universal sedangkan kebenaran pengetahuan terikat pada tempat dan waktu
tertentu.(akmal hawi hal 6)
Encyclopedia of Social Sciences
merumuskan pengertian ilmu itu dengan dua cara, yaitu pengertian luas dan
pengertian sempit. Ilmu dalam arti luas adalah semua pengetahuan yang tersusun dan dapat dipercaya kebenarannya. Ilmu dalam arti sempit adalah hukum-hukum umum yang membentuk hubungan-hubungan antara berbagai fakta yang beraneka ragam. Lumberg dalam
bukunya Foundation of Sosiology
merumuskan pengertian ilmu, yaitu suatu kesatuan
proposisi yang telah diuji kebenarannya yang tersusun secara logis menjadi suatu sistem yang self consistent
dan cocok dengan hasil observasi
empiris. .(akmal hawi hal 6)
2).
Jiwa
Didalam
Al-Qur’an terdapat empat istilah bagi jiwa,yaitu ruh, fuadun, nafsun,qalbun.
Istilah ruh dipakai terhadap jiwa
yang tidak bersama jasad. Istilah Fuadun
dipakai terhadap jiwa dengan penjelasan fungsi utamanya sebagai pengetahuan.
Istilah nafsun dipakai terhadap jiwa sebagai satu kesatuan dan istilah qalbun
dipakai terhadap jiwa dari sistem
kerjanya yang putar balik, dari luar ke dalam dan kembali keluar. .(akmal
hawi hal 69)
Dari
pemeriksaan terhadap istilah ruh,nafsun,qalbun dan fuadun didalam
Al-Qur’an,maka dapat diperoleh kejelasan :
1)
Keempat macam istilah itu mempunyai
pengertian inti yang sama,yaitu jiwa.
2)
Penentuan nilai diri individu adalah
jiwa sehingga jika jiwa itu tidak difungsikan sebagaimana mestinya maka nilai
individu itu sama saja dengan hewan.
3)
Pada jiwa itu terdapat bagian-bagian
yang masing-masing yang mempunyai tugas tertentu :
a. Rasa,
bertugas sebagai penghubung dan pengikat;
b. Akal,
bertugas mengenali, membuat menjadi jelas terang;
c. Kehendak,
bertugas menjadi pemilih,mengarahkan,penunjang;
d. Ingatan,
bertugas menjadi pemegang hasil kerja jiwa.
4)
Di jiwa berlangsung proses pengenalan,
proses pengambilan keputusan, dan proses pelaksanaan keputusaan itu.
5)
Jalan berlangsungnya proses itu adalah
rangsangan dari objek-alat-indera-urat syaraf-rasa-akal-kehendak-rasa-urat
syaraf-zahir kepermukaan atau tampak dari luar. Dari luar menuju kedalam dan
kembali keluar.
Peranan jiwa terhadap jasad adalah
seperti peranan sopir terhadap mobil, sehingga jika benar jalan kerja yang
ditempuh jiwa akan sampaikepada kebenaran yang digariskan oleh allah dan
karenanya menjadi menuruti kebenaran dari Allah. .(akmal hawi hal 85)
3.).
Agama
Harun Nasution
menurut pengertian agam berdasarkan asal kata, yaitu al-din, religi (relegere,religare)
dan agama.Al-din (semit) berarti undang-undang atau hukum. Kemudian dalam
bahasa Arab, kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang,
balasan, kebiasaan. Sedangkan dari kata religi
(latin) ata relegere berarti mengumpulkan dan membaca. Kemudian relegere berarti mengikat. Adapun kata
agama terdiri dari a= tidak; gam= pergi) mengandungt arti tidak pergi, tetap
ditempat atau diwarisi turun-temurun.(Harun Nasution,1974:9-10).
Secara
definitif, menurut Harun Nasution, agama adalah :
1.
Pengakuan terhadap adanya hubungan
manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi.
2.
Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib
yang menguasai manusia.
3.
Mengikat diri pada suatu bentuk hidup
yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada pada luar diri manusia
dan yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.
4.
Kepercayaan pada sesuatu kekuatan gaib
yang menimbulkan cara hidup tertentu
5.
Suatu sistem tingkah laku (code of conduct) yang berasal dari
sesuatu kekuatan gaib.
6.
Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban
yang diyakini bersumber pada suatu kekuatan gaib.
7.
Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang
timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang
terdapat dalam alam sekitar manusia.
8.
Ajaran-ajaran yang diwahyukan tuhan
kepada manusia melalui seorang Rasul (Harun Nasution: 10) (Jalaluddin hal:12)
B.
Ruang Lingkup Dan Kegunaannya
Sebagai
disiplin ilmu yang otonom, psikologi agama memilki ruang lingkup pembahasannya
tersendiri yang dibedakan dari disiplin ilmu yang mempelajari masalah agama
yang lainnya. Sebagai contoh, dalam tujuannya psikologi agama dan ilmu
perbandingan agama memiliki tujuan yang tidak jauh berbeda, yakni mengembangkan
pemahaman terhadap agama dengan mengaplikasikan metode-metode penelitian yang
bertipe bukan agama dan bukan teologis. Bedanya adalah, bila ilmu perbandingan
agama cenderung memusatkan perhatiannya pada agama-agama primitif dan eksotis
tujuannya adalah untuk mengembangkan pemahaman dengan perbandingan suatu agama
dengan agama lainnya. Sebaliknya npsikologi agama, seperti pernyataan Robert
H.Thouless, memusatkan kajiannya pada agama yang hidup dalam budaya suatu
kelompok atau masyarakat itu sendiri. Kajiannya terpusat pada pemahaman
terhadap prilaku keagamaan tersebut dengan menggunakan pendekatan psikologi
(Robert H,Thouless:25). (jalaludin hal:15)
Menurut
Zakiah Daradjat, ruang lingkup yang menjadi lapangan kajian psikologi agama
meliputi kajian mengenai : (jalaludin hal:16)
1.
Bermacam-macam emosi yang menjalar
diluar kesadaran yang ikut menyertai kehidupan beragama orang biasa (umum),
seperti rasa lega dan tentram sehabis sembahyang, rasa lepas dari ketegangan
batin sesudah berdo’a atau membaca ayat-ayat suci, perasaan tenang, pasrah dan
menyerah setelah berdzikir dan ingat kepada Allah ketika mengalami kesedihan
dan kekecewaan yang bersangkutan.
2.
Bagaimana perasaan dan pengalaman
seseorang secara individual terhadap tuhannya, misalnya rasa tenteram dan
kelegahan batin.
3.
Mempelajari, meneliti dan menganalisis
pengaruh kepercayaan akan adanya hidup sesudah mati (akhirat) pada tiap-tiap
orang.
4.
Meneliti dan mempelajari kesadaran dan
perasaan orang terhadap kepercayaan yang berhubungan dengan surga dan neraka
serta dosa dan pahala yang turut memberi pengaruh terhadap sikap dan tingkah
lakunya dalam kehidupan.
5.
Meneliti dan mempelajari bagaiman
pengaruh penghayatan seseorang terhadap ayat-ayat suci kelegaan batinnya.
Komentar
Posting Komentar